Jumat, 29 Juni 2012

Waspadai Bila Remaja Pria Terlambat Puber


Waspadai Bila Remaja Pria Terlambat Puber

Awasi anak bila usia 15-17 tahun namun belum tampak tanda-tanda puber



Penurunan kadar hormon laki-laki atau testosteron yang dikenal dengan hipogonadisme, tidak hanya bisa terjadi pada pria dewasa. Risiko ini juga dapat dijumpai sejak masa pertumbuhan di dalam kandungan, masa kanak-kanak, dan pre pubertas.

Jika terjadi pada masa pertumbuhan dalam kandungan, maka akan mengganggu perkembangan pembentukan organ seks. Sedangkan jika terjadi pada masa pre pubertas, maka akan mengganggu perkembangan tanda-tanda seksual sekunder.

Maka, perlu diwaspadai bila anak laki-laki Anda sudah berumur 15-17 tahun tapi secara fisik belum terlihat "tumbuh" dengan baik. Misal, belum ada kumis atau rambut halus, penis yang tidak berkembang, suara kecil, atau tidak adanya jerawat pada wajah.

Orangtua sangat berperan melakukan deteksi dini hipogonadisme pada anak. Di antaranya dengan mewaspadai adanya kelainan yang mungkin terjadi selama masa tumbuh kembang mereka.

Pengobatan pada anak-anak bisa dilakukan dengan terapi penggantian testosteron yang mampu merangsang pubertas dan perkembangan karakteristik seks sekunder.

Untuk pria dewasa, penurunan fungsi testis tidak bisa dianggap remeh. “Hipogonadisme bisa mengubah karakteristik fisik dan merusak fungsi reproduksi normal. Selain itu, akan terjadi kemunduran tanda-tanda seksual, seperti rambut yang menipis, otot otot menjadi lemah, loyo, bahkan tulang keropos,” ungkap Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD.

Penyebab hipogonadisme diantaranya karena penyakit penyakit kronis tertentu seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes tipe 2.

Pradana menambahkan, sekitar 40 persen pasien obesitas bukan diabetes, mempunyai kadar testosteron di bawah normal. Sedangkan pada pasien obesitas diabetes, sebanyak 50 persen akan mengalami penurunan kadar testosteron. (umi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar